Kamis, 21 Oktober 2010

Ergonomi pada Usaha Kecil dan Menengah

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Pengembangan terhadap sektor swasta merupakan suatu hal yang perlu untuk dilakukan. UKM memiliki peran penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal dari UKM. UKM ini harus terus ditingkatkan (up grade) agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar.
Salah satu faktor yang sering terabaikan pada UKM adalah masalah ergonomi. Kebanyakan berasumsi bahwa melakukan survey dan pengembangan yang ergonomis akan memakan biaya yang sangat besar. Namun, jika diteliti lebih jauh dana yang dikeluarkan untuk survey dan pengembangan yang ergonomis lebih kecil jika dibandingkan dengan risiko-risiko yang dapat terjadi dalam pekerjaan tanpa menggunakan prinsip ergonomi. Risiko yang dimaksud antara lain karena tata letak ruang kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kelelahan pada pekerja akibat terlalu lebarnya jarak antar tools di ruang kerja, waktu yang terbuang semakin banyak, dan secara otomatis mengurangi produktivitas. Proses kerja pada kebanyakan UKM di Indonesia masih dikerjakan secara tradisional, organisasi kerjanya juga masih tradisional dimana perekrutan karyawan berdasarkan kekerabatan (misalnya keluarga). Selain itu, dalam penyediaan dan penggunaan alat-alat kerja jarang yang melakukan survei anthropometri, padahal penggunaan alat-alat kerja bagi pekerja-pekerja yang memiliki perbedaan postur tubuh akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga berisiko mengalami kecelakaan pada kerja.
Penggunaan alat-alat yang masih tradisional memang masih menjadi ciri khas UKM, namun perlu juga dilengkapi dengan alat-alat mekanis yang dapat membantu pekerja, misalnya alat untuk mengangkut bahan atau produk, alat untuk memotong bahan, dan sebagainya. Pembagian shift kerja juga sering tidak diperhatikan, misalnya pengaturan jam kerja dan waktu istirahat.
Penerapan ergonomi dalam UKM dapat mengurangi waktu yang terbuang sia-sia, meminimalkan kerusakan alat akibat kesalahan manusia (human error), mengurangi dampak kecelakaan kerja, mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan secara psikologis dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja.

1 komentar:

 
Copyright 2010 PERSMA HMTI