Kamis, 14 Oktober 2010

Memaknai Solidaritas Kembali

Menjadi satu memang mudah, namun tidaklah mudah membentuk satu yang solid. Kehadiran rasa kesetiakawanan haruslah dihadirkan. Meleburkan ego masing-masing untuk menggapai tujuan yang sama. Di sinilah makna solidaritas yang sesungguhnya. Tidaklah mudah untuk menanamkan jiwa solidaritas dalam diri perseorangan. Namun, terkadang situasilah yang kian membentuk jiwa solidaritas antar perseorangan tersebut.
            Memaknai solidaritas di dalam suatu perkumpulan bukan hanya keluar sebagai ucapan saja, namun harus mengakar dalam diri setiap orang yang menjadi bagian di dalamnya. Saling membantu, mendukung dan memahami satu sama lain akan menjadi landasan utamanya.
Dengarlah kawan, saat kata solidaritas diperbincangkan. Dipertegas dengan semangat menggebu, mencari orang-orang yang ingin menjadi satu yang solid.
Lihatlah kawan, ketika satu jiwa dengan jiwa lain berkumpul. Melebur menjadi satu dalam satu wadah, lalu berusaha menghapus ego masing-masing. Dan lagi-lagi rasa solidaritas yang menjadi penyebabnya.
Rasakanlah kawan bahwa semua itu menjunjung satu makna saja. Makna solidaritas yang berarti kesetiakawanan.
Seperti sebuah keluarga di jurusan kita, solidaritas bukan hal yang terdengar asing lagi di telinga. Solidaritas selalu didengungkan kepada setiap mahasiswa terutama mahasiswa penghuni baru. Agar dalam kelanjutannya, keluarga ini tetap satu. Bukan hanya satu dalam ucapan saja, namun juga satu dalam menggapai tujuan yang sama. Bukan hanya tujuan memperoleh ilmu, gelar sarjana dan cita-cita saja, namun juga tujuan memajukan jurusan dan himpunan mahasiswa. Inilah harapan dari dibentuknya rasa solidaritas itu.
Dan kini, masa itu datang kembali. Masa dimana solidaritas kembali diteriakkan. Masa dimana sebuah rasa solidaritas kembali muncul menggebu di dada. Tak hanya satu jiwa, namun kumpulan dari jiwa-jiwa yang haus akan kebersamaan. Dengan dalih solidaritas, semua bergandengan tangan, saling berpegangan erat untuk satu asa.
Makna solidaritas adalah bersifat kemanusiaan, yang mengandung nilai nan adiluhung, sehingga tak aneh bila solidaritas layaknya harga mati yang tak bisa ditawar lagi. Dan kini, di saat rasa solidaritas kembali dipertanyakan. Ketika rasa itu semakin dituntut karena janji berjalan seiringan. Satu demi satu jiwa kembali menyusun kekuatan kembali, membentuk rasa solidaritas itu. Rindu untuk saling mendukung, saling membantu dan mendorong satu sama lain. Rindu untuk meneriakkan dengan lantang, ”Let’s make a good solidarity for the sake of our dream”.

4 komentar:

 
Copyright 2010 PERSMA HMTI